Jumat, 18 Juli 2008

Bukan basa-basi

Pagi-pagi sekali saya kaget melihat baliho (atau spanduk ya?!) yang terpampang persis di depan rumah tetangga saya. Gambarnya iklan rokok mild yang bukan basa-basi. Karena saya termasuk salah satu ahli hisap (bukan ahli hisab lho….) rokok bukan basa basi itu, saya memberanikan diri bertanya kepada tetangga saya. Ternyata tetangga saya baru sebulan bekerja sebagai sales distributor (bener ngga niy nulisnya?) rokok tersebut. Dia bercerita kalau salah satu warung enggan memasang iklan tersebut karena lokasi pemasangannya tidak dapat ditemukan (lho?? Ternyata warungnya kecil banget dan kalaupun dipaksa untuk dipasang spanduk yang ada jadi kaya mummi bukan basa basi hehehe…). Pertanyaan selanjutnya sebagai seorang ahli hisap adalah, lebih murah mana beli sama situ sama beli sama warung (garuk-garuk kepala bingung kok banyak sama-nya), tetangga pun menjawab lebih murah kalau beli nya satu slove (or slope ah..mbuh lah)…. Akhirnya saya membeli satu kemudian saya undur diri dari tetangga saya untuk berangkat ke kantor.
Dalam perjalanan menuju kantor, saya mendengarkan radio yang menyetel iklan bukan basa basi itu. Sampai di kantor saya pun membuka website rokok tersebut yang telah memberikan saya mousepad, kaos, gantungan kunci, CD, tas dan tentunya asbak portable (kok banyak ya?).
Nah sampai disini GoBlogNyaSaya muncul. Saya mulai memperhatikan kemasan rokok bukan basa basi tersebut. Saya lihat harga yang tertera Rp. 10.500, disitu juga tertera 36% + Rp. 35 / batang cukai tembakaunya. Cukai sendiri saya artikan sebagai jatah preman perusahan kepada pemerintah untuk melegalkan produsen rokok untuk meracuni rakyat. Saya berhitung dalam satu bungkus ada 16 batang dikali Rp. 35 hasilnya Rp. 560 ditambah 36% nya dari Rp. 10.500 adalah Rp. 4340. Itu menjadikan cukai pemerintah dari sebungkus rokok sebesar 41,3% dari harga tertinggi eceran (HET). Kalau begitu, harga satu batang rokok bukan basa basi sebesar Rp. 385. (murah tho....makanya masih banyak yang berminat jadi ahli hisap).
Tiba-tiba alam memanggil saya, cepat-cepat saya ambil sebatang plus korek langsung ngacir memenuhi panggilan alam tersebut. Dalam panggilan alam itu, saya berandai-andai apabila jumlah penduduk indonesia yang merokok bukan basa basi itu sekitar 1 juta orang dan setiap hari nya menerima panggilan alam sekali dalam sehari, maka setiap hari, ahli hisap akan menyumbang ke kas negara sebesar Rp. 271.250.000. wealah kok jadi banyak banget ya? Itu baru saat menerima panggilan alam. Pemerintah sudah sepatutnya mengucapkan banyak terima kasih kepada ahli hisapnya.... Betul ngga??!! ;)
Selesai dengan panggilan alam, saya kembali teringat tetangga saya yang punya spanduk di rumahnya yang oleh perusahaannya dibagikan gratis sebagai bagian dari promosi produk. Kalau kita memesan sebuah spanduk dalam jumlah yang banyak harganya tentu akan murah dan hampir terlihat tidak berharga dimata perusahaan. Saya melihat promosi yang dilakukan bukan basa basi tidak terbatas hanya dengan spanduk saja, akan tetapi mulai dari iklan di radio, televisi dan surat kabar serta website. Iklan yang ditampilkan juga bisa dilihat hampir setiap 3 bulan sekali berubah (kalau ngga salah inget lho...) dengan ide-ide kreatifnya (ternyata ada salah satu iklan di televisi yang jadi copy writernya itu temen saya yang ketiban pinter hehehe...). Saya jadi pengen itung-itungan lagi (maklumlah, lagi jobless...BU). ambil contoh yang gampang (otak saya sulit diajak kompromi kalau ngasih contoh yang susah), iklan televisi. Pembuatan iklan itu pertama muncul dari sebuah biro iklan atau advertising lah bahasa ibunya temen saya. Dari situ mulailah digarap alur ceritanya dll (ini temen saya yang pinter yang ngerti..), disitu mulai biaya promosi mengalir. Setelah jadi dan disetujui oleh pihak bukan basa basi, kemudian tahap selanjutnya adalah mencari stasiun televisi yang mau dibayar untuk menayangkan iklan bukan basa basi itu. Biaya promosi keluar lagi sesuai perjanjian dengan pihak stasiun televisi tersebut (tiap jam beda harganya). Biaya yang dikeluarkan juga bukan tidak sedikit, tapi banyak (nominalnya ngga tahu, semoga ada orang televisi yang baca trus mau ngebocorin sedikit...). Itu baru untuk bukan basa basi yang udah dilempar ke pasaran lho (publik sudah tahu barangnya dan sudah punya pasar sendiri), apabila perusahaan bukan basa basi ingin mengeluarkan varian yang baru, biaya yang dikeluarkan bakal bertambah dengan adanya market research (pelanggan ojek ku yang setia kerja di bidang kaya begini niy). Jadi kalo dari yang gampang itu, sudah bisa ditemukan tiga pokok sumber biaya promosi. Biaya promosi itu nantinya dimasukin kedalam perhitungan harga jual sebungkus rokok bukan basa basi tadi yang di awal sudah saya utarakan.
Wah njelimet (susah menemukan padanan bahasa indonesianya) ya.... Pasti yang baca bilang gitu.... Yah, GoBlogNya saya aja.....;)